Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.
Belajar memberikan yang terbaik untuk cinta,
meski perih sakit dan menghabiskan sisa asa,
Belajar untuk membuka hati seluas langit
seindah malam dan setulus bintang,
sangat bodoh menjadi orang yang sombong
yang hanya berada dalam pembenaran tanpa logika,
maka aq disini untuk cinta,
mencoba untuk tidak sombong dan tetap miliki cinta

Entering My 6th Place

04:18:00

Its shocking enough, i had to make one straight desicions right away, sekali lagi aq harus meninggalkan zona nyaman & aman q, jujur ada rasa berat dlm hati untuk beranjak dr tempat ini, tapi jika terus q telaah aq sama sekali nda punya alasan untuk bertahan disini pula q juga nda punya alasan untuk tidak mengambil tempat baru tersebut... i had to leave...
Dengan semua konsekuensi yg mesti q tanggung, q harap q mengambil keputusan yang baik untuk hal ini, amin.

Jika “terbaik” kita nda cukup luar biasa...

01:32:00


 what will you do, if your best isnt good enough?

Aku sering sekali terhenyak waktu tersadar bahwa sebegitu banyaknya apa-apa yang sekuat tenaga kita lakukan ternyata tidak cukup bagus untuk dibilang luar biasa. Kita berjuang mati-matian menggapai sesuatu, ternyata tidak tergapai. Mati-matian juga kita mencegah sesuatu nyatanya tidak tercegah.
our best, sometimes isnt good enough...
Seperti konser musik, mati-matian kita memainkan sebuah simfoni, nyatanya orang tidak bertepuk tangan. Kita sudah tegar memang, meski sedih itu mengalir sendiri bak peluh, tapi kita sudah tegar memang, kita sudah bertahan memang. Dan itu sungguh nda mudah.
**************
Dulu sekali, pernah suatu ketika kita diajarkan dengan tenang, bahwa semakin ikhlas kita punya niat semakin enak kita berbuat, semakin benar kita berencana semakin mungkin kerja kita terlaksana sempurna. Semakin pasrah kita, semakin bisa kita menerima ending episode macam apa juga.

Lalu mulai kapan kita tiba-tiba lupa? 
Seketika ingat maka buru-buru kita harus berdoa, aminkan ini hai teman! 
Tuhan…..bimbing kami pelan-pelan”. 
biar khidmat kita bernyanyi, orang tak tepuk tangan, tak mengapa! 
biar kuat kita mendaki, puncak belum juga sampai, tak apa! 
biar dalam kita menyelam, dasar belum juga nampak, tak apa!

peluh hari-hari kita adalah untuk berbuat yang paling baik yang kita bisa, untuk jadi lebih baik tiap masanya.
meski “terbaik” kita tak cukup luar biasa, tak apa!!!!

Saat aku membaca satu buku, aku merasa aku pintar dan orang lain bodoh.
Saat aku membaca puluhan buku, aku merasa aku pintar dan orang lain pintar.
Setelah kubaca ribuan buku, aku merasa aku bodoh dan orang lain pintar.

Sambil duduk-duduk dalam sebuah senja yang santai, melepas pandang sejauh ufuk-ufuk yang menyemburat jingga, aku berkelana jauh ke saat-saat dimana aku masih sangat sangat “muda”. Awal-awal sma dulu, semangat untuk belajar dan memahami sesuatu bergelora luar biasa. Seperti kebanyakan orang-orang muda itu kawan, kita selalu ingin berontak dan mendobrak. Waktu “muda” dulu kita ingin mengganti pusat tata surya, menggeser poros bumi, kita ingin mencairkan kutub, teriakan lantang kita seperti bisa menyapu bersih gurun sahara. Kita  hijau, muda, bersemangat, lantang… dan tentunya juga “baru membaca satu buku”.

Dulu itu, penilaian kita yang maha hebat telah dengan sangat brilian menyalahkan semua pandangan yang berseberangan dengan kita. Hidup dimata kita adalah perputaran logika kita dan “buku” kita. Seperti kecambah, setelah beroleh kesempatan untuk sejenak mengembangkan kita punya kehidupan, kita mulai melihat dunia semakin berwarna-warna, pelan-pelan betul kita mulai belajar satu hal, lalu belajar lagi lain hal. 

Lama-lama “buku” yang kita baca mulai agak banyak. Hidup disini bagi kita adalah perputaran logika “buku” kita, dan “buku-buku lain” yang teman-teman kita baca. Perlahan dunia sudah mulai tidak terlalu hitam putih. “Kenapa teman kita berbeda warna beda selera” sudah mulai bisa kita cari sela-selanya, tentu saja untuk kemudian kita kritik dengan bahasa yang luar biasa pintar, niat kita dulu itu mulia sekali kan kawan?? “untuk menyadarkan mereka yang belum mengangguk-angguk dengan buku kita”. Kita baca “buku” mereka dengan harap-harap cemas untuk mencari dimana kira-kira letak salahnya?



Padahal hidup kita ini kan sepertinya terlalu sayang jika kita tidak sebisa mungkin memulung kebijakan dari banyak orang. absorb what usefull and reject what is useless. Persis seperti kita pintar benar membedakan mana telur mana kotoran ayam, meski keluar dari tempat yang sama toh kita tidak pernah salah ambil atau kemudian menjadi beringas dan radikal menolak semua telur. 
Dalam dunia yang berwarna ini, hidup kita adalah perputaran logika untuk belajar dari “buku” kita dan “buku” yang orang lain punya.

Sudah membaca ribuan “buku”??? Bukankah tiba2 orang lain “pintar” dan kita ini “bodoh”??

Perempuan dg Estrogen Tinggi Cenderung Selingkuh

13:04:00


Bagi para wanita nih… sebaiknya periksa dulu kadar estrogen anda,siapa tahu kadar estrogen anda tinggi sehingga “berpotensi” untuk berselingkuh :-) :-)
Perempuan dengan tingkat estrogen tinggi tidak hanya tampil dan merasa lebih cantik, tetapi juga cenderung berselingkuh dengan berpindah dari satu lelaki ke lelaki lainnya, demikian pendapat para pakar AS baru-baru ini.
Estrogen merupakan hormon pada perempuan yang mempengaruhi kesuburan. Kelebihan hormon ini membuat perempuan berpakaian lebih provokatif dan berperilaku lebih nekad (weleh…enakan prianya dong :-) )

Dr. Kristina Durante dari Universitas Texas di Austin dan timnya mengungkapkan bahwa perempuan muda merasa lebih atraktif ketika ada estradiol, hormon estrogen tingkat tinggi dan mereka berperilaku menuruti perasaannya.
Perempuan dengan estradiol tinggi dilaporkan punya kemungkinan lebih besar untuk menggoda, mencium dan berselingkuh dengan lelaki lain,“ begitu ungkap laporan medis dalam Royal Society Journal Biology Letters.

Tim penelitian Dr. Durante menguji 52 mahasiswi berumur 17 sampai 30 tahun dan tidak memakai kontrasepsi hormon. Tim ini mengambil dua sample estradiol dari setiap mahasiswi ini, karena tingkat hormon estrogen naik turun setiap minggunya.Mahasiswi-mahasiswi dalam penelitian ini diminta untuk menilai daya tarik mereka serta menunjukkan foto mereka agar orang lain bisa menilainya juga.



Perempuan dengan estradiol tinggi secara signifikan menganggap dirinya lebih atratif secara fisik. Orang lain juga menilai sama, “ demikian kesimpulan riset ini.
Temuan ini sesuai dengan banyak studi lain yang menunjukkan bahwa hormon mempengaruhi perilaku perempuan dan lelaki. Sebelumnya, peneliti AS dan Inggris mengungkapkan bahwa pialang saham dengan jari panjang memiliki hormon testoteron tinggi dan menghasilkan lebih banyak uang.

http://www.blogpopuler.com/perempuan-dengan-estrogen-tinggi-cenderung-selingkuh/

Filosofi 5 Jari

08:00:00


Suatu kali, seseorang pernah menjelaskan padaku tentang filosofi lima jari. Kata beliau, tiap2 jari pada tangan kita merupakan perlambang sesuatu. Aku tercenung khusyuk mendengarkan, lalu dia bertutur. 



Ibu jari, kata beliau, merupakan perlambang penguasa, ibu jari adalah jari yang mengumpulkan semua keunggulan empat jari yang lain, dan mengontrolnya untuk dapat melakukan sesuatu, mensinergikan semua kekuatan empat jari yang lain, dan meledakkannya pada momentum yang tepat. “Cobalah kau genggam palu dengan empat jarimu selain ibu jari” kata beliau padaku, “dan ayunkan palu itu sekuat tenaga, hampir pasti palu itu terbang entah kemana”. Itu cerita beliau tentang ibu jari, jari paling besar yang mengontrol empat jari lainnya.
Telunjuk, kata beliau lagi, adalah perlambang orang kaya, itulah kenapa kita terbiasa menunjuk-nunjuk sesuatu, atau memerintahkan seseorang melakukan sesuatu dengan telunjuk, persis seperti orang kaya yang kelakuannya mau apa-apa tinggal tunjuk. Aku tersenyum sedikit, kupikir bisa jadi juga begitu, lalu kudengarkan lamat2 dia meneruskan.
Jari Tengah, ujarnya bijak, adalah perlambang Ulama (orang yang berilmu), jari tengah merupakan jari yang paling tinggi diantara kelima jari,  akan tetapi setiap kali kita akan makan menggunakan tangan, atau mengambil suatu barang, secara anatomis jari tengah akan menarik diri menjadi sejajar dengan empat jari lainnya. Itulah perlambang kebijakan jari tengah, Ulama. 
Aku tersenyum simpul, sambil curi-curi kupraktekkan mengambil kerikil di dekat kakiku dan itu dia si jari tengah mensejajarkan diri dengan yang lain.
Jari Manis, ujarnya lagi, ini adalah perlambang pemuda, pemuda selalu manis untuk dipandang, entah karna kepintarannya, luas pengetahuannya, anggun rupanya, atau karna hal2 lain, kau tahu, katanya, itulah kenapa kita pasang cincin di jari manis kita, itu perlambang keindahan pemuda!!
Tak sabar aku menanti yang terakhir, sambil tersenyum aku mendengarkan dia berkata merdu, Jari Kelingking, tak lain tak bukan adalah perlambang wanita, katanya. Kelingking jari terlemah diantara semuanya.
Aku mengangguk takzim, tapi lalu tersenyum nakal 
bukankah tidak selamanya perempuan itu lemah?

Kau benar, kata beliau, itulah kenapa permainan “suit” kita memenangkan kelingking dari ibu jari, penguasa saja bisa bertekuk lutut dengan wanita, kata beliau. Benar juga ya, pikirku, sesaat sebelum dia membuyarkan lamunanku dan berkata, kelingking kalah dengan telunjuk seperti wanita dengan harta ^_^.

Layla dan Majnun versi Negeri Sufi

03:59:00



Seperti kisah Romeo and Juliet versi arab, dulu pas awal2 kuliah, pas q masih seneng banget beli-beli novel dan beberapa buku2, aq sempet bela-belain keliling toko buku buat nyari nih buku, ada banyak sih sebenarnya buku tentang ini, tapi ada satu buku yang layout nya bagus dan sangat menarik buat q sejak pertama liat itu laku banget, setelah cukup tabungan q cari ternyata habis, dan q mesti keliling dan menunggu lagi, dan sekarang q mendadak nemuin cerita ini... semoga dapat menghibur dan dapat diambil maknanya...


Sudahkah anda membaca versi ini?

Alkisah, seorang kepala suku Bani Umar di Jazirah Arab memiIiki segala macam yang diinginkan orang, kecuali satu hal bahwa ia tak punya seorang anakpun. Tabib-tabib di desa itu menganjurkan berbagai macam ramuan dan obat, tetapi tidak berhasil. Ketika semua usaha tampak tak berhasil, istrinya menyarankan agar mereka berdua bersujud di hadapan Tuhan dan dengan tulus memohon kepada Allah swt memberikan anugerah kepada mereka
berdua.
"Mengapa tidak?" jawab sang kepala suku.
"Kita telah mencoba berbagai macam cara. Mari, kita coba sekali lagi, tak ada ruginya." Mereka pun bersujud kepada Tuhan, sambil berurai air mata dari relung hati mereka yang terluka.
"Wahai Segala Kekasih, jangan biarkan pohon kami tak berbuah. Izinkan kami merasakan manisnya menimang anak dalam pelukan kami. Anugerahkan kepada kami tanggung jawab untuk membesarkan seorang manusia yang baik. Berikan kesempatan kepada kami untuk membuat-Mu bangga akan anak kami." Tak lama kemudian, doa mereka dikabulkan, dan Tuhan menganugerahi mereka seorang anak laki-laki yang diberi nama Qais. Sang ayah sangat berbahagia, sebab Qais dicintai oleh semua orang. Ia tampan, bermata besar, dan berambut hitam, yang menjadi pusat perhatian dan kekaguman. Sejak awal, Qais telah memperlihatkan kecerdasan dan kemampuan fisik istimewa. Ia punya bakat luar biasa dalam mempelajari seni berperang dan memainkan musik, menggubah syair dan melukis.

Ketika sudah cukup umur untuk masuk sekolah, ayahnya memutuskan membangun sebuah sekolah yang indah dengan guru-guru terbaik di Arab yang mengajar di sana , dan hanya beberapa anak saja yang belajar di situ. Anak-anak lelaki dan perempuan dan keluarga terpandang di seluruh jazirah Arab belajar di sekolah baru ini. Di antara mereka ada seorang anak perempuan dari kepala suku tetangga. Seorang gadis bermata indah, yang memiliki kecantikan luar biasa. Rambut dan matanya sehitam malam; karena alasan inilah mereka menyebutnya Laila "Sang Malam". Meski ia baru berusia dua belas tahun, sudah banyak pria melamarnya untuk dinikahi, sebab-sebagaimana lazimnya kebiasaan di zaman itu, gadis-gadis sering dilamar pada usia yang masih sangat muda, yakni sembilan tahun. Laila dan Qais adalah teman sekelas. Sejak hari pertama masuk sekolah, mereka sudah saling tertarik satu sama lain. Seiring dengan berlalunya waktu, percikan ketertarikan ini makin lama menjadi api cinta yang membara. Bagi mereka berdua, sekolah bukan lagi tempat belajar. Kini, sekolah menjadi tempat mereka saling bertemu. Ketika guru sedang mengajar, mereka saling berpandangan. Ketika tiba waktunya menulis pelajaran, mereka justru saling menulis namanya di atas kertas. Bagi mereka berdua, tak ada teman atau kesenangan lainnya. Dunia kini hanyalah milik Qais dan Laila. Mereka buta dan tuli pada yang lainnya. Sedikit demi sedikit, orang-orang mulai mengetahui cinta mereka, dan gunjingan-gunjingan pun mulai terdengar. Di zaman itu, tidaklah pantas seorang gadis dikenal sebagai sasaran cinta seseorang dan sudah pasti mereka tidak akan menanggapinya. Ketika orang-tua Laila mendengar bisik-bisik tentang anak gadis mereka, mereka pun melarangnya pergi ke sekolah. Mereka tak sanggup lagi menahan beban malu pada masyarakat sekitar.

Ketika Laila tidak ada di ruang kelas, Qais menjadi sangat gelisah sehingga ia meninggalkan sekolah dan menyelusuri jalan-jalan untuk mencari kekasihnya dengan memanggil-manggil namanya. Ia menggubah syair untuknya dan membacakannya di jalan-jalan. Ia hanya berbicara tentang Laila dan tidak juga menjawab pertanyaan orang-orang kecuali bila mereka bertanya tentang Laila. Orang-orang pun tertawa dan berkata,
" Lihatlah Qais , ia sekarang telah menjadi seorang majnun, gila!" Akhirnya, Qais dikenal dengan nama ini, yakni  Majnun .

Melihat orang-orang dan mendengarkan mereka berbicara membuat Majnun tidak tahan. Ia hanya ingin melihat dan berjumpa dengan Laila kekasihnya. Ia tahu bahwa Laila telah dipingit oleh orang tuanya di rumah, yang dengan bijaksana menyadari bahwa jika Laila dibiarkan bebas bepergian, iapasti akan menjumpai  Majnun. Majnun menemukan sebuah tempat di puncak bukit dekat desa Laila dan membangun sebuah gubuk untuk dirinya yang menghadap rumah Laila. Sepanjang hari Majnun duduk-duduk di depan gubuknya, disamping sungai kecil berkelok yang mengalir ke bawah menuju desa itu. Ia berbicara kepada air, menghanyutkan dedaunan bunga liar, dan Majnun merasa yakin bahwa sungai itu akan menyampaikan pesan cintanya kepada Laila. Ia menyapa
burung-burung dan meminta mereka untuk terbang kepada Laila serta memberitahunya bahwa ia dekat. Ia menghirup angin dari barat yang melewati desa Laila. Jika kebetulan ada seekor anjing tersesat yang berasal dari desa Laila, ia pun memberinya makan dan merawatnya, mencintainya seolah-olah anjing suci, menghormatinya dan menjaganya sampai tiba saatnya anjing itu pergi jika memang mau demikian. Segala sesuatu yang berasal dari tempat kekasihnya dikasihi dan disayangi sama seperti kekasihnya sendiri.

Bulan demi bulan berlalu dan Majnun tidak menemukan jejak Laila. Kerinduannya kepada Laila demikian besar sehingga ia merasa tidak bisa hidup sehari pun tanpa melihatnya kembali. Terkadang sahabat-sahabatnya di sekolah dulu datang mengunjunginya, tetapi ia berbicara kepada mereka hanya tentang Laila, tentang betapa ia sangat kehilangan dirinya.

Suatu hari, tiga anak laki-laki, sahabatnya yang datang mengunjunginya demikian terharuoleh penderitaan dan kepedihan Majnun sehingga mereka bertekad membantunya untuk berjumpa kembali dengan Laila. Rencana mereka sangat cerdik. Esoknya, mereka dan Majnun mendekati rumah Laila dengan menyamar sebagai wanita. Dengan mudah mereka melewati wanita-wanita pembantu dirumah Laila dan berhasil masuk ke pintu kamarnya.

Majnun masuk ke kamar, sementara yang lain berada di luar berjaga-jaga. Sejak ia berhenti masuk sekolah, Laila tidak melakukan apapun kecuali memikirkan Qais. Yang cukup mengherankan, setiap kali ia mendengar burung-burung berkicau dari jendela atau angin berhembus semilir, ia memejamkan.matanya sembari membayangkan bahwa ia mendengar suara Qais didalamnya. Ia akan mengambil dedaunan dan bunga yang dibawa oleh angin atau sungai dan tahu bahwa semuanya itu berasal dari Qais. Hanya saja, ia tak pernah berbicara kepada siapa pun, bahkan juga kepada sahabat-sahabat terbaiknya, tentang cintanya.

Pada hari ketika Majnun masuk ke kamar Laila, ia merasakan kehadiran dan kedatangannya. Ia mengenakan pakaian sutra yang sangat bagus dan indah. Rambutnya dibiarkan lepas tergerai dan disisir dengan rapi di sekitar bahunya. Matanya diberi celak hitam, sebagaimana kebiasaan wanita Arab, dengan bedak hitam yang disebut surmeh. Bibirnya diberi lipstick merah, dan pipinya yang kemerah-merahan tampak menyala serta menampakkan
kegembiraannya. Ia duduk di depan pintu dan menunggu. Ketika Majnun masuk, Laila tetap duduk. Sekalipun sudah diberitahu bahwa Majnun akan datang, ia tidak percaya bahwa pertemuan itu benar-benar terjadi. Majnun berdiri di pintu selama beberapa menit, memandangi, sepuas-puasnya wajah Laila. Akhirnya, mereka
bersama lagi! Tak terdengar sepatah kata pun, kecuali detak jantung kedua orang yang dimabuk cinta ini. Mereka saling berpandangan dan lupa waktu. Salah seorang wanita pembantu di rumah itu melihat sahabat-sahabat Majnun di luar kamar tuan putrinya. Ia mulai curiga dan memberi isyarat kepada salah seorang pengawal.
Namun, ketika ibu Laila datang menyelidiki, Majnun dan kawan-kawannya sudah jauh pergi. Sesudah orang-tuanya bertanya kepada Laila, maka tidak sulit bagi mereka mengetahui apa yang telah terjadi. Kebisuan dan kebahagiaan yang terpancar dimatanya menceritakan segala sesuatunya.

Sesudah terjadi peristiwa itu, ayah Laila menempatkan para pengawal di setiap pintu di rumahnya. Tidak ada jalan lain bagi Majnun untuk menghampiri rumah Laila, bahkan dari kejauhan sekalipun. Akan tetapi jika ayahnya berpikiran bahwa, dengan bertindak hati-hati ini ia bisa mengubah perasaan Laila dan Majnun, satu sama lain, sungguh ia salah besar. Ketika ayah Majnun tahu tentang peristiwa di rumah Laila, ia memutuskan untuk mengakhiri drama itu dengan melamar Laila untuk anaknya. Ia menyiapkan sebuah kafilah penuh dengan hadiah dan mengirimkannya ke desa Laila. Sang tamu pun disambut dengan sangat baik, dan kedua kepala suku itu berbincang-bincang tentang kebahagiaan anak-anak mereka.

Ayah Majnun lebih dulu berkata, "Engkau tahu benar, kawan, bahwa ada dua hal yang sangat penting bagi kebahagiaan, yaitu  Cinta dan Kekayaan . Anak lelakiku mencintai anak perempuanmu, dan aku bisa memastikan bahwa aku sanggup memberi mereka cukup banyak uang untuk mengarungi kehidupan yang bahagia dan Aku percaya kepadamu, sebab engkau pastilah seorang mulia dan terhormat menyenangkan". Mendengar hal itu, ayah Laila pun menjawab, "Bukannya aku menolak Qais.," jawab ayah Laila.
"Akan tetapi, engkau tidak bisa menyalahkanku kalau aku berhati-hati dengan anakmu. Semua orang tahu perilaku abnormalnya. Ia berpakaian seperti seorang pengemis. Ia pasti sudah lama tidak mandi dan iapun hidup bersama hewan-hewan dan menjauhi orang banyak. Tolong katakan kawan, jika engkau punya anak perempuan dan engkau berada dalam posisiku, akankah engkau memberikan anak perempuanmu kepada anakku?"

Ayah Qais tak dapat membantah. Apa yang bisa dikatakannya? Padahal, dulu anaknya adalah teladan utama bagi kawan-kawan sebayanya? Dahulu Qais adalah anak yang paling cerdas dan berbakat di seantero Arab? Tentu saja, tidak ada yang dapat dikatakannya. Bahkan, sang ayahnya sendiri susah untuk mempercayainya. Sudah lama orang tidak mendengar ucapan bermakna dari Majnun. "Aku tidak akan diam berpangku tangan dan melihat anakku menghancurkan dirinya sendiri," pikirnya. "Aku harus melakukan sesuatu." Ketika ayah Majnun kembali pulang, ia menjemput anaknya, Ia mengadakan pesta makan malam untuk menghormati anaknya. Dalam jamuan pesta makan malam itu, gadis-gadis tercantik di seluruh negeri pun diundang. Mereka pasti bisa mengalihkan perhatian Majnun dari Laila, pikir ayahnya. Di pesta itu, Majnun diam dan tidak mempedulikan tamu-tamu lainnya. Ia duduk di sebuah sudut ruangan sambil melihat gadis-gadis itu hanya untuk mencari pada diri mereka berbagai kesamaan dengan yang dimiliki Laila.

Seorang gadis mengenakan pakaian yang sama dengan milik Laila; yang lainnya punya rambut panjang seperti Laila, dan yang lainnya lagi punya senyum mirip Laila. Namun, tak ada seorang gadis pun yang benar-benar mirip dengannya, Malahan, tak ada seorang pun yang memiliki separuh kecantikan Laila. Pesta itu hanya menambah kepedihan perasaan Majnun saja kepada kekasihnya. Ia pun berang dan marah serta menyalahkan setiap orang di pesta itu lantaran berusaha mengelabuinya. Dengan berurai air mata, Majnun menuduh orang-tuanya dan sahabat-sahabatnya sebagai berlaku kasar dan kejam kepadanya. Ia menangis sedemikian hebat hingga akhirnya jatuh ke lantai dalam keadaan pingsan. Sesudah terjadi petaka ini, ayahnya memutuskan agar Qais dikirim untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dengan harapan bahwa Allah akan merahmatinya dan membebaskannya dari cinta yang menghancurkan ini.

Di Makkah, untuk menyenangkan ayahnya, Majnun bersujud di depan altar Kabah, tetapi apa yang ia mohonkan? "Wahai Yang Maha Pengasih, Raja Diraja Para Pecinta, Engkau yang menganugerahkan cinta, aku hanya mohon kepada-Mu satu hal saja, Tinggikanlah cintaku sedemikian rupa sehingga, sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku tetap hidup." Ayahnya kemudian tahu bahwa tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk anaknya.

Usai menunaikan ibadah haji, Majnun yang tidak mau lagi bergaul dengan orang banyak di desanya, pergi ke pegunungan tanpa memberitahu di mana ia berada. Ia tidak kembali ke gubuknya. Alih-alih tinggal dirumah, ia memilih tinggal direruntuhan sebuah bangunan tua yang terasing dari masyarakat dan tinggal didalamnya. Sesudah itu, tak ada seorang pun yang mendengar kabar tentang Majnun. Orang-tuanya mengirim segenap sahabat dan keluarganya untuk mencarinya. Namun, tak seorang pun berhasil menemukannya. Banyak orang berkesimpulan bahwa Majnun dibunuh oleh binatang-binatang gurun sahara. Ia bagai hilang ditelan bumi.

Suatu hari, seorang musafir melewati reruntuhan bangunan itu dan melihat ada sesosok aneh yg duduk di salah sebuah tembok yang hancur. Seorang liar dengan rambut panjang hingga ke bahu, jenggotnya panjang dan acak-acakan, bajunya compang-camping dan kumal. Ketika sang musafir mengucapkan salam dan tidak beroleh jawaban, ia mendekatinya. Ia melihat ada seekor serigala tidur di kakinya.

"Hus  katanya, 'Jangan bangunkan sahabatku." Kemudian, ia mengedarkan pandangan ke arah kejauhan. Sang musafir pun duduk di situ dengan tenang. Ia menunggu dan ingin tahu apa yang akan terjadi. Akhimya, orang liar itu berbicara. Segera saja ia pun tahu bahwa ini adalah Majnun yang terkenal itu, yang berbagai macam perilaku anehnya dibicarakan orang di seluruh jazirah Arab. Tampaknya, Majnun tidak kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan binatang-binatang buas dan liar. Dalam kenyataannya, ia sudah menyesuaikan diri dengan sangat baik sehingga lumrah-lumrah saja melihat dirinya sebagai bagian dari kehidupan liar dan buas itu.

Berbagai macam binatang tertarik kepadanya, karena secara naluri mengetahui bahwa Majnun tidak akan mencelakakan mereka. Bahkan, binatang-binatang buas seperti serigala sekalipun percaya pada kebaikan dan kasih sayang Majnun. Sang musafir itu mendengarkan Majnun melantunkan berbagai kidung pujiannya pada Laila. Mereka berbagi sepotong roti yang diberikan olehnya. Kemudian, sang musafir itu pergi dan melanjutkan petjalanannya. Ketika tiba di desa Majnun, ia menuturkan kisahnya pada orang-orang. Akhimya, sang kepala suku, ayah Majnun, mendengar berita itu. Ia mengundang sang musafir ke rumahnya dan meminta keteransran rinci darinya. Merasa sangat gembira dan bahagia bahwa Majnun masih hidup, ayahnya pergi ke gurun sahara untuk menjemputnya.

Ketika melihat reruntuhan bangunan yang dilukiskan oleh sang musafir itu, ayah Majnun dicekam oleh emosi dan kesedihan yang luar biasa. Betapa tidak! Anaknya terjerembab dalam keadaan mengenaskan seperti ini.
"Ya Tuhanku, aku mohon agar Engkau menyelamatkan anakku dan mengembalikannya ke keluarga kami," jerit sang ayah menyayat hati. Majnun mendengar doa ayahnya dan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan bersimpuh dibawah kaki ayahnya, ia pun menangis,
"Wahai ayah, ampunilah aku atas segala kepedihan yang kutimbulkan pada dirimu. Tolong lupakan bahwa engkau pernah mempunyai seorang anak, sebab ini akan meringankan beban kesedihan ayah. Ini sudah nasibku mencinta, dan hidup hanya untuk mencinta." Ayah dan anak pun saling berpelukan dan menangis. Inilah pertemuan terakhir mereka. Keluarga Laila menyalahkan ayah Laila lantaran salah dan gagal menangani situasi putrinya.

Mereka yakin bahwa peristiwa itu telah mempermalukan seluruh keluarga. Karenanya, orangtua Laila memingitnya dalam kamamya. Beberapa sahabat Laila diizinkan untuk mengunjunginya, tetapi ia tidak ingin ditemani. Ia berpaling kedalam hatinya, memelihara api cinta yang membakar dalam kalbunya. Untuk mengungkapkan segenap perasaannya yang terdalam, ia menulis dan menggubah syair kepada kekasihnya pada potongan-potongan kertas kecil. Kemudian, ketika ia diperbolehkan menyendiri di taman, ia pun menerbangkan potongan-potongan kertas kecil ini dalam hembusan angin. Orang-orang yang menemukan syair-syair dalam potongan-potongan kertas kecil itu membawanya kepada Majnun. Dengan cara demikian, dua kekasih itu masih bisa menjalin hubungan. Karena Majnun sangat terkenal di seluruh negeri, banyak orang datang mengunjunginya.

Namun, mereka hanya berkunjung sebentar saja, karena mereka tahu bahwa Majnun tidak kuat lama dikunjungi banyak orang. Mereka mendengarkannya melantunkan syair-syair indah dan memainkan serulingnya dengan sangat memukau. Sebagian orang merasa iba kepadanya; sebagian lagi hanya sekadar ingin tahu tentang kisahnya. Akan tetapi, setiap orang mampu merasakan kedalaman cinta dan kasih sayangnya kepada semua makhluk. Salah seorang dari pengunjung itu adalah seorang ksatria gagah berani bernama 'Amar, yang berjumpa dengan Majnun dalam perjalanannya menuju Mekah. Meskipun ia sudah mendengar kisah cinta yang sangat terkenal itu di kotanya, ia ingin sekali mendengarnya dari mulut Majnun sendiri.

Drama kisah tragis itu membuatnya sedemikian pilu dan sedih sehingga ia bersumpah dan bertekad melakukan apa saja yang mungkin untuk mempersatukan dua kekasih itu, meskipun ini berarti menghancurkan orang-orang yang menghalanginya! Kaetika Amr kembali ke kota kelahirannya, Ia pun menghimpun pasukannya. Pasukan ini berangkat menuju desa Laila dan menggempur suku di sana tanpa ampun. Banyak orang yang terbunuh atau terluka.

Ketika pasukan 'Amr hampir memenangkan pertempuran, ayah Laila mengirimkan pesan kepada 'Amr,  Jika engkau atau salah seorang dari prajuritmu menginginkan putriku, aku akan menyerahkannya tanpa melawan. Bahkan, jika engkau ingin membunuhnya, aku tidak keberatan. Namun, ada satu hal yang tidak akan pernah bisa kuterima, jangan minta aku untuk memberikan putriku pada orang gila itu . Majnun mendengar pertempuran itu hingga ia bergegas kesana. Di medan pertempuran, Majnun pergi ke sana kemari dengan bebas di antara para prajurit dan menghampiri orang-orang yang terluka dari suku Laila. Ia merawat mereka dengan penuh perhatian dan melakukan apa saja untuk meringankan luka mereka. Amr pun merasa heran kepada Majnun, ketika ia meminta penjelasan ihwal mengapa ia membantu pasukan musuh, Majnun menjawab, "Orang-orang ini berasal dari desa kekasihku. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi musuh mereka?" Karena sedemikian bersimpati kepada Majnun, 'Amr sama sekali tidak bisa memahami hal ini. Apa yang dikatakan ayah Laila tentang orang gila ini akhirnya membuatnya sadar. Ia pun memerintahkan pasukannya untuk mundur dan segera meninggalkan desa itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Majnun.

Laila semakin merana dalam penjara kamarnya sendiri. Satu-satunya yang bisa ia nikmati adalah berjalan-jalan di taman bunganya. Suatu hari, dalam perjalanannya menuju taman, Ibn Salam, seorang bangsawan kaya dan berkuasa, melihat Laila dan serta-merta jatuh cinta kepadanya. Tanpa menunda-nunda lagi, ia segera mencari ayah Laila. Merasa lelah dan sedih hati karena pertempuran yang baru saja menimbulkan banyak orang terluka di pihaknya, ayah Laila pun menyetujui perkawinan itu. Tentu saja, Laila menolak keras. Ia mengatakan kepada ayahnya,
"Aku lebih senang mati ketimbang kawin dengan orang itu." Akan tetapi, tangisan dan permohonannya tidak digubris. Lantas ia mendatangi ibunya, tetapi sama saja keadaannya. Perkawinan pun berlangsung dalam waktu singkat. Orangtua Laila merasa lega bahwa seluruh cobaan berat akhirnya berakhir juga.

Akan tetapi, Laila menegaskan kepada suaminya bahwa ia tidak pernah bisa mencintainya.
"Aku tidak akan pernah menjadi seorang istri," katanya. "Karena itu, jangan membuangbuang waktumu. Carilah seorang istri yang lain. Aku yakin, masih ada banyak wanita yang bisa membuatmu bahagia." Sekalipun mendengar kata-kata dingin ini, Ibn Salam percaya bahwa, sesudah hidup bersamanya beberapa waktu larnanya, pada akhirnya Laila pasti akan menerimanya. Ia tidak mau memaksa Laila, melainkan menunggunya untuk datang kepadanya.

Ketika kabar tentang perkawinan Laila terdengar oleh Majnun, ia menangis dan meratap selama berhari-hari. Ia melantunkan lagu-Iagu yang demikian menyayat hati dan mengharu biru kalbu sehingga semua orang yang mendengarnya pun ikut menangis. Derita dan kepedihannya begitu berat sehingga binatang-binatang yang berkumpul di sekelilinginya pun turut bersedih dan menangis. Namun, kesedihannya ini tak berlangsung lama, sebab tiba-tiba Majnun merasakan kedamaian dan ketenangan batin yang aneh. Seolah-olah tak terjadi apaapa, ia pun terus tinggal di reruntuhan itu. Perasaannya kepada Laila tidak berubah dan malah menjadi semakin lebih dalam lagi.

Dengan penuh ketulusan, Majnun menyampaikan ucapan selamat kepada Laila atas perkawinannya:  Semoga kalian berdua selalu berbahagia di dunia ini. Aku hanya meminta satu hal sebagai tanda cintamu, janganlah engkau lupakan namaku, sekalipun engkau telah memilih orang lain sebagai pendampingmu. Janganlah pernah lupa bahwa ada seseorang yang, meskipun tubuhnya hancur berkeping-keping, hanya akan memanggil-manggil namamu, Laila . Sebagai jawabannya, Laila mengirimkan sebuah anting-anting sebagai tanda pengabdian tradisional. Dalam surat yang disertakannya, ia mengatakan, "Dalam hidupku, aku tidak bisa melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku demikian lama, tanpa mampu menceritakannya kepada siapapun. Engkau memaklumkan cintamu ke seluruh dunia,sementara aku membakarnya di dalam hatiku, dan engkau membakar segala sesuatu yang ada di sekelilingmu  .  Kini, aku harus menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal segenap jiwaku menjadi milik orang lain. Katakan kepadaku, kasih, mana di antara kita yang lebih dimabuk cinta, engkau ataukah aku?".

Tahun demi tahun berlalu, dan orang-tua Majnun pun meninggal dunia. Ia tetap tinggal di reruntuhan bangunan itu dan merasa lebih kesepian ketimbang sebelumnya. Di siang hari, ia mengarungi gurun sahara bersama sahabat-sahabat binatangnya. Di malam hari, ia memainkan serulingnya dan melantunkan syair-syairnya kepada berbagai binatang buas yang kini menjadi satu-satunya pendengarnya. Ia menulis syair-syair untuk Laila dengan ranting di atas tanah. Selang beberapa lama, karena terbiasa dengan cara hidup aneh ini, ia mencapai kedamaian dan ketenangan sedemikian rupa sehingga tak ada sesuatu pun yang sanggup mengusik dan mengganggunya.

Sebaliknya, Laila tetap setia pada cintanya. Ibn Salam tidak pernah berhasil mendekatinya. Kendatipun ia hidup bersama Laila, ia tetap jauh darinya. Berlian dan hadiah-hadiah mahal tak mampu membuat Laila berbakti kepadanya. Ibn Salam sudah tidak sanggup lagi merebut kepercayaan dari istrinya. Hidupnya serasa pahit dan sia-sia. Ia tidak menemukan ketenangan dan kedamaian di rumahnya. Laila dan Ibn Salam adalah dua orang asing dan mereka tak pernah merasakan hubungan suami istri. Malahan, ia tidak bisa berbagi kabar tentang dunia luar dengan Laila.

Tak sepatah kata pun pernah terdengar dari bibir Laila, kecuali bila ia ditanya. Pertanyaan ini pun dijawabnya dengan sekadarnya saja dan sangat singkat. Ketika akhirnya Ibn Salam jatuh sakit, ia tidak kuasa bertahan, sebab hidupnya tidak menjanjikan harapan lagi. Akibatnya, pada suatu pagi di musim panas, ia pun meninggal dunia. Kematian suaminya tampaknya makin mengaduk-ngaduk perasaan Laila. Orang-orang mengira bahwa ia berkabung atas kematian Ibn Salam, padahal sesungguhnya ia menangisi kekasihnya, Majnun yang hilang dan sudah lama dirindukannya. Selama bertahun-tahun, ia menampakkan wajah tenang, acuh tak acuh, dan hanya sekali saja ia menangis. Kini, ia menangis keras dan lama atas perpisahannya dengan kekasih satu-satunya. Ketika masa berkabung usai, Laila kembali ke rumah ayahnya. Meskipun masih berusia muda, Laila tampak tua, dewasa, dan bijaksana, yang jarang dijumpai pada diri wanita seusianya. Semen tara api cintanya makin membara, kesehatan Laila justru memudar karena ia tidak lagi memperhatikan dirinya sendiri. Ia tidak mau makan dan juga tidak tidur dengan baik selama bermalam-malam. Bagaimana ia bisa memperhatikan kesehatan dirinya kalau yang dipikirkannya hanyalah Majnun semata? Laila sendiri tahu betul bahwa ia tidak akan sanggup bertahan lama.

Akhirnya, penyakit batuk parah yang mengganggunya selama beberapa bulan pun menggerogoti kesehatannya. Ketika Laila meregang nyawa dan sekarat, ia masih memikirkan Majnun. Ah, kalau saja ia bisa berjumpa dengannya sekali lagi untuk terakhir kalinya! Ia hanya membuka matanya untuk memandangi pintu kalau-kalau kekasihnya datang. Namun, ia sadar bahwa waktunya sudah habis dan ia akan pergi tanpa berhasil mengucapkan salam perpisahan kepada Majnun. Pada suatu malam di musim dingin, dengan matanya tetap menatap pintu, ia pun meninggal dunia dengan tenang sambil bergumam, Majnun. Majnun. Majnun.

Kabar tentang kematian Laila menyebar ke segala penjuru negeri dan, tak lama kemudian, berita kematian Lailapun terdengar oleh Majnun. Mendengar kabar itu, ia pun jatuh pingsan di tengah-tengah gurun sahara dan tetap tak sadarkan diri selama beberapa hari. Ketika kembali sadar dan siuman, ia segera pergi menuju desa Laila. Nyaris tidak sanggup berjalan lagi, ia menyeret tubuhnya di atas tanah. Majnun bergerak terus tanpa henti hingga tiba di kuburan Laila di luar kota . Ia berkabung dikuburannya selama beberapa hari. Ketika tidak ditemukan cara lain untuk meringankan beban penderitaannya, perlahan-lahan ia meletakkan kepalanya di kuburan Laila kekasihnya dan meninggal dunia dengan tenang.

Jasad Majnun tetap berada di atas kuburan Laila selama setahun. Belum sampai setahun peringatan kematiannya ketika segenap sahabat dan kerabat menziarahi kuburannya, mereka menemukan sesosok jasad terbujur di atas kuburan Laila. Beberapa teman sekolahnya mengenali dan mengetahui bahwa itu adalah jasad Majnun yang masih segar seolah baru mati kemarin. Ia pun dikubur di samping Laila. Tubuh dua kekasih itu, yang kini bersatu dalam keabadian, kini bersatu kembali.

- THE END -


Ini hanya sebagai bahan renungan untuk menggambarkan sebuah cinta. Bagaimanakah Cinta kita dengan Sang Kholiq? Seharusnyalah cinta kita kepada Sang Kholiq ( Yang Maha Pencipta) lebih besar daripada kecintaan antara kedua insan dalam cerita fiktif diatas...

Urutan cinta seorang Muslim sejati, setelah mahabbatullah (cinta kepada Allah), dan mahabbaturrasul (cinta kepada rasul) adalah mahabbah kepada orang-orang yang beriman. Rasa cinta yang Rasulullah dalam sebuah sabdanya melukiskan;
"Perumpamaan kaum mu'minin dalam cinta-kasih dan rakhmat hati, mereka bagaikan satu badan. Apabila satu anggotamenderita, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak dapat tidur dan panas"
(H.R Bukhari dan Muslim)

Rasa cinta yang demikian besar, yang muncul atas ni'mat Allah (Ali Imran: 103). karena Allah lah yang telah mempersatukan hati orang-orang yang beriman, yang tanpaNya niscaya meski dengan semua kekayaan yang ada di bumi tak akan dapat dipersatu- kan hati-hati itu (Al Anfal:63).

Sungguh,
Belum sempurna iman seseorang sebelum mencintai saudaranya muslim sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (kecintaan kepada saudara muslim sama besarnya dengan kecintaan terhadap diri sendiri)

Wallahu'alam

Perempuan yang Menaklukkan Setan - Taufiq Hakim

03:21:00


Perempuan itu amat buruk. Dia tidak mengenal kehidupan di musim semi. Tapi dia tahu apa yang dilakukannya saat musim gugur dan musim dingin. Dia tidak diperbudak oleh keinginan. Tapi air matanya senantiasa mengalir deras laksana hujan. Kegembiraan meluap dalam hatinya bagai dedaunan pohon yang rindang.



Hilangnya keindahan tubuh perempuan itu tampak pula pada tempat tinggalnya. Itulah Pulau Kedukaan yang terhampar di tengah-tengah jagat raya. Dia hidup di sana. Di sana pula dia akan mati. Dia tak mau hidup bersama laki-laki. Bibirnya senantiasa mendendangkan pujian-pujian pada langit yang tetap membisu, dan selalu menggumamkan sumpah serapah yang tak kenal belas kasih.


Malam itu angin ribut berhembus. Badai mengamuk mengeluarkan suara gemuruh. Perempuan itu tidak keluar dari kamarnya. Dia senang berada di dalam. Tiba-tiba dia berteriak sehingga menggetarkan seluruh tubuhnya yang buruk rupa itu. “Hai setan, kini hanya kau yang ada!


Sejenak perempuan itu diam, mirip dalam ketiadaan. Sementara itu, tepat berada di depannya, tembok telah terbelah, dan muncullah setan, seperti dulu, ketika dia pernah muncul di hadapan seorang alim. Setan itu tidak tuli, daya pendengarannya tajam.
Maka cepat-cepat dia menjawab panggilan perempuan itu dan berkata,
Hai perempuan, apa yang kau inginkan?
Kecantikan, kehidupan, dan kesenangan,” jawab perempuan itu seperti orang kehausan yang mengucapkan kata air ketika tersesat di padang pasir.
Tahukah kau berapa harganya?” tanya setan.
Tentukan harga sesukamu!
Ruhmu akan kuseret ke dalam neraka. Itulah pekerjaanku di muka bumi. Aku akan pergi bersama ruh-ruh lain untuk meramaikan kerajaanku Jahanam. Kita lihat nanti, mana yang berhasil mendapatkan pengikut yang banyak: aku akan tetap duduk di singgasana neraka ataukah ruh-ruh itu akan berada di singgasana surga?
Berilah aku kesenangan hidup di muka bumi ini selama sepuluh tahun. Setelah itu kau boleh membawaku pergi ke mana saja sesukamu. Jahanam tak membuatku takut. Karena sekarang aku berada di Jahanam!
Kita sepakat. Kau berhak mendapat kenikmatan selama sepuluh tahun. Setelah itu kau berada di bawah kekuasaanku.”



Akhirnya, dengan darah perempuan itu, keduanya menulis surat perjanjian. Perempuan itu menandatanganinya. Kemudian setan menyentuh tubuh perempuan itu dan terasa betapa tubuhnya gemetar. Dia memberi isyarat kepada perempuan itu agar menghadap cermin almari. Perempuan itu menatap cermin. Kini dia melihat kecantikan tubuhnya seperti bintang. Betapa cantiknya dia. Benarkah dia memiliki tubuh ini? Benarkah tubuh ini amat memikat dan menarik?


Perempuan itu menghempaskan tubuhnya pada riuh rendah kehidupan sampai puas. Tubuhnya dibenamkan pada lautan kenikmatan yang amat dalam. Masa sepuluh tahun telah menyeret perempuan itu dalam keadaan seperti itu. Dia mengapung seperti kantong air. Segala kenikmatan telah direguknya sampai habis.


Setan mendatangi perempuan itu sambil membawa surat perjanjian untuk mengingatkan dirinya bahwa waktu yang dijanjikan telah tiba.
Perempuan itu berkata kepada setan,
Ya, aku ingat. Aku tidak lupa. Tapi….”
Tapi apa?
Di sana ada kenikmatan lain. Dan aku ingin sekali merasakannya.”
Apakah di sana ada kenikmatan lain yang belum kau rasakan sama sekali?
Kenikmatan ruh! Itulah kenikmatan yang harus kau berikan kepadaku, sesuai dengan surat perjanjian dulu. Bukankah kau telah berjanji kepadaku akan memberikan semua kenikmatan selama sepuluh tahun? Aku masih punya sisa waktu dua bulan lagi untuk menghabiskan masa tersebut. Aku sudah bosan dengan kenikmatan tubuh. Aku sungguh berhasrat pada kenikmatan ruh. Aku berharap selama dua bulan nanti dapat merasakan kenikmatan ruh. Setelah itu kau boleh menyeret ruhku ke dalam neraka.”
Terserah kamu. Ketahuilah, aku adalah makhluk yang dapat dipercaya untuk memenuhi syarat-syarat itu.”




Tak lama kemudian setan menghilang dan meninggalkan perempuan itu. Perempuan itu berdiri, kemudian melempar semua perhiasannya. Lalu dia memakai pakaian ihram kasar untuk menunaikan ibadah haji. Dia tenggelam dalam angan-angan yang membumbung tinggi. Amalan-amalan kebajikan selalu dia kerjakan. Akhirnya, dia terhanyut dalam kehidupan yang suci dan mulia. Masa dua bulan telah berakhir. Setan datang menagih janji. Dia kaget tatkala melihat sosok perempuan itu. Betapa tubuh perempuan itu dibalut kecantikan. Bukan kecantikan yang bersinar seperti bintang yang dibakar. Melainkan tampak cahaya indah dan lembut yang sumbernya dikenal begitu luhur.
Dia bergidik. Tapi dia cepat menguasai dirinya, seraya menghampiri perempuan itu, berkata,
Waktunya telah tiba. Ayo ikut aku ke Jahanam!
Mari kita pergi,” kata perempuan itu patuh. Dia tidak banyak cakap dan tidak menyembunyikan niat apa pun. Setan mulai berjalan, dan perempuan itu ikut berjalan di belakangnya. Akhirnya, sampailah mereka di pintu Jahanam. Tatkala malaikat Zabaniah merasa bahwa rajanya akan segera tiba, pintu-pintu telah dibuka. Kemudian masuklah raja neraka itu. Di belakang tampak seorang perempuan yang mengikuti langkahnya. Akan tetapi, belum sampai langkah kaki perempuan itu tiba di ambang pintu, tiba-tiba di neraka terasa ada angin berhembus. Akibatnya, jilatan api neraka itu tidak mengenai tubuh perempuan itu. Hati malaikat Zabaniah bergetar.
Setan pun turut bingung dan terkejut, lalu berteriak, dan teriakannya disahut oleh teriakan penduduk neraka, 
Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?” Di tempat itu, tampak para malaikat penjaga surga membentangkan sayapnya. Sambil merampas perempuan itu mereka berteriak kepada setan,
Perempuan ini milik kami.”
Tidak, dia milikku,” bantah setan. 
Ruhnya telah menjadi milikku sesuai dengan surat perjanjian ini. Lihatlah!
Kami tidak melihat surat perjanjian. Kami hanya menyaksikan ruh. Sesungguhnya ruh perempuan ini termasuk ruh dari surga.”
Bukankah ruh perempuan itu berasal dari neraka. Dia telah dicap sebagai penghuni neraka sejak sepuluh tahun yang lalu.”
Akan tetapi, ruh surga masuk ke dalam ruh perempuan ini sejak dua bulan lalu. Dan ruh ini jika kau lihat, seperti angin dingin yang kencang yang mengakibatkan jilatan api kalian tidak sanggup membakar tubuh perempuan ini. Bahkan sedikit pun jilatan api tidak akan mendekati dia.
Kalau begitu perempuan itu telah menipuku!


Sementara perempuan yang masih berada di sayap malaikat itu berkata,
Aku tidak mau menipumu. Aku ingin memenuhi janjiku. Bawalah aku ke neraka. Hai para malaikat, biarkan aku pergi ke neraka. Demikian janjiku dulu. Lebih baik aku menepati janjiku dan aku tak ingin berkhianat meskipun dengan setan.”
Kalian sudah dengar!” kata setan, 
Perempuan itu milikku. Lepaskan dia dan serahkan kepadaku!
Kalau sekarang perangai perempuan ini jelek, langsung kuserahkan kepadamu.”
Mengapa berkata seperti itu. Perempuan itu telah berkata di hadapan kalian dan mengenalkan dirinya yang berada dalam kekuasaanku. Bukankah itu sudah menjadi bukti yang kuat bagiku?! Lagi pula, dia sepakat dengan surat perjanjian tertulis. Sepakat kalau ruhnya dalam kekuasaanku.”
Benar, memang itulah ruh perempuan ini yang pertama. Tetapi sekarang di manakah ruh yang pertama itu? Ruh yang pertama telah diberikan kepadamu, maka carilah di mana keberadaannya sekarang. Adapun ruh perempuan ini kini telah menjadi milik kami. Wahai perempuan yang suci, mari kita pergi dari sini!
Bukankah perbuatan dosa jika aku melanggar janji. Panggilkan aku Tuhan kalian. Aku ingin menghadap Dia. Aku ingin Dia menghapus dosa-dosaku yang pertama,” kata perempuan itu dengan suara nelangsa.
Kau tidak memiliki lagi dosa-dosa yang pertama,” kata malaikat. 
Dosa-dosa itu lebur karena cahaya sucimu yang terakhir.”
Kalau begitu, kalian jangan menjerumuskan aku pada dosa baru. Surat perjanjian yang sudah berlalu harus kupenuhi.”
Kau tidak ada urusan dengan semua ini. Ayo kita pergi!
Ah, betapa baiknya dia. Perempuan mulia yang menjaga setiap kalimat yang terucap dari mulutnya. Kalian para malaikat telah menghalang-halangi tekadnya dan berupaya menjerumuskannya menjadi makhluk rendah.”
Kini kau baru mengerti kalau dia ini perempuan yang mulia. Jika begitu, ke manakah perempuan-perempuan yang mulia akan pergi? Ke surga atau ke neraka?


Mendengar ucapan ini setan merasa tersudut dan gemetar.
Celakalah kalian…celakalah kalian… Sudahlah, kalian bawa saja perempuan itu dan singkirkan dariku! Dia bukan ruh seorang perempuan yang kuinginkan. Jarang sekali perempuan seperti dia… yang seharusnya pergi ke neraka, maksudku pergi ke surga. Tapi aku tidak akan pernah melupakan dia yang pernah menipuku. Dia menipuku di suatu hari di mana “kemuliaan” telah meracuni kesenangan.

Bersama Sujudku

04:34:00

Disaat malam yang hening,
seorang hamba bersimpuh diatas sajadah yang bisu lalu mulai menghitung-hitung dosa yang telah dilakukannya. Lalu dari bibir yang kelu itu meluncurlah kata-kata sesal :
Yaa Allah, aku datang lagi kali ini dengan tumpukan dosa yang semakin menjadi-jadi. tubuh yang dulu suci ini telah habis kulumuri dengan dosa yang tiada terperi. Kepala yang berisi otak yang tidak seberapa ini dan dengan kecerdasan yang hanya setitik air ini telah berlaku sombong terhadap makhluk-makhlukMu yang lain. Bersama-sama dengan lidah dan bibir ini ia telah berani menghardik orang lain dengan mengatakan ‘bodoh!’. Mata ini telah dengan semena-mena menatap orang lain bak menatap sampah, penuh kehinaan. Dibarengi pula dengan tangan menutup hidung seolah menahan bau yang tidak sedap. Yaa Allah, perut ini telah dengan begitu bahagianya menerima makanan-makanan yang haram, telah dengan rakusnya merampas makanan milik anak-anak yatim, gelandangan dan orang-orang miskin lainnya. Tangan dan kaki yang selalu saja membawa diri ini ke tempat-tempat maksiat yang sungguh Engkau benci ya Allah.


Dengan semua dosa itu, yang lebih mengherankan, hati ini ini tidak pernah berterima kasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan tanpa aku pernah bersusah membelinya bahkan walau hanya memintanya. Hatiku ini hanya diam saja menyaksikan semua kekangkuhan itu. Bahkan. ia tetap saja merasa berhak berjalan diatas bumiMu, bahkan berjalan dengan sombong! Berjalan dengan mangangkat dagu, mendongakkan kepala seperti hendak menantang langitMu!
Yaa Allah, aku tahu disebelah maha kasihMu, ada juga murkaMu yang pedih. Aku bermohon padaMu, tahankanlah sejenak murkaMu itu dengan maha penyayangMu karena di balik gunung-gunung dosa yang tinggi itu, aku ingin mempersembahkan kerinduanku yang meneyesakkan dada terhadap ampunanMu. Kerinduan yang sama tingginya dengan gunung-gunung itu karena telah lama sekali aku memendamnya. Kerinduan yang telah kubawa sejak lahir ke dunia ini. Yaa Allah, dengan segala kehinaan seorang hamba, aku berlari mengejarmu, untuk kusungkurkan wajahku kebumiMu, dan dalam sedu yang lirih kuharap do’a taubat ini akan sampai ke langitMu yang tinggi. Lalu menjadi kunci bagi pintu maafMu.

Yaa Allah, setelah itu, untuk mengusir angkuh dan sombong yang selama ini bersemayam, tunjukkanlah padaku dimana letak sesal, agar aku mengambilnya untuk mengisi ke sebagian hatiku, lalu tunjukkanlah pula dimana letak syukur untuk kuisikan lagi dibagian hatiku yang lainnnya. Dengan keduanya, lalu kuatkanlah kakiku untuk berlari ke arahMu. Mungkin tak kuat berlari, aku akan berjalan, bila tak kuat berjalan aku akan melangkah. Bila semua itu tetap tak sanggup kulakukan, mohon seretlah aku agar tetap aku menjadi semakin dekat padaMu.

Yaa Allah, bumi yang telah basah dengan cucuran airmata ini jadikanlah pembatas bagiku untuk tidak kembali atau sekedar menoleh, dan setelah itu tetapkanlah mata dan hatiku untuk senantiasa menatap kepadaMU.

Tidak diteruskan, karena aku sudah menangis......... :(

Biar q bisikkan namamu Menjelang Mimpi

04:28:00


Q siapkan peraduan, melangkah beranjak dr smua penat dan hiruk resah, berbisik namamu dan ucapkan salam tiap menjelang lelap menjadi satu rutinitas sejak q mengenalmu 9 bulan lalu, sejak suaramu mulai membayangi hari2 q, meski sudah 4 bulan ini sudah nda lagi bersamamu, q masih berbisik namamu dan ucapkan salam melalui langit dan bintang2.
Aq tau tentangmu, meski kau mulai menjauh, aq masih iza merasakan hati mu. Sampai kapan q harus begini? namamu masih menghiasi doa-doa q, masih berharap terlalu besar padamu. Tapi disetiap bangun q dapati engkau telah pergi meninggalkan asa-asa yang tersisa hingga sesak terasa nafas ini q hela... Hufff...
Mungkinkah kau sudah melupakan smua yg ada, janji2 itu, milikmu dan milikq, yg q percaya dan sampai skrg pun masih q nanti??? Datang menagih, datang membujuk, datang untuk meminta kembali semua yang tlah kau beri namun kau ingkari. Meski sbenarnya q jg berniat untuk mengingkarinya, ingin q lanjutkan lagi prjalanan q mencari persinggahan baru, tapi bisakah aq jalani perasaan yang mungkin bukan lagi tandingan untukmu??? q ingin kau tahu betapa aq sungguh padamu, meski sebenarnya kau pun tahu, kedalaman tak terhingga yg tergali untukmu, merusak impian2 untuk bertahan hingga menjelang akhir kisah ini.
Sempat menjadi pilihan dan ternyata nda terpilih ternyata sangat menyakitkan.
Q pandangi stiap langit malam q, mencari kebenaran, mencari kesungguhan, mencari harapan, yg mungkin telah nda berbekas sm skali terlindas spatah kalimat yg kau ucap. Tp hati ini, alam bawah sadar ini nda mau tau, masih dan masih dirimu, sampai melewatkan bermalam2 sepi hanya untuk berbincang dengan langit menanyakan keadaan dan kbahagiaan dia disana, jauh dan tak tersentuh lagi.
Biarkan q bisikkan namamu sampai q bawa jiwamu ke dalam mimpi q, biarkan q menyebut namamu membawa serta kenangan tak terhapuskan itu hingga relung angan q, “aq mencintaimu”, langit menjadi saksinya, malam dan dingin mengiring bekunya rasa sakit, dalam hening q mendengar sayup hati yang dalam, berbisik, memanggil dan berteriak. Dengan bungah q mencari asal suara tersebut, dan q kecewa, itu bukan engkau, yg q harap, ia org lain yang hadir dan memang mencintai q, q biarkan dia masuk tapi q masih nda mampu bukakan hati untuknya, hanya krn q nda kuasa mengatakan “tidak”, begitulah...


Masih indah q ingat dirimu, masih indah selayak setiap malam penuh bintang q, yg setia menghibur dan menemani q dengan kerlipnya yang ceria, meski tertutup mendung dan mata ini nda mampu melihatnya, tp aq tau dan aq yakin dibalik awan hitam itu mereka masih ada disana, masih menemani q. Maka biarkan aq bisikkan namamu menjelang mimpi, semoga mampu memanggil jiwamu yang berada sangat jauh, mengetuk anganmu yang sedang berkelana.
Hingga q bawa dirimu dalam lelap q, nda peduli meski esok tiada akan pernah ada dirimu.
Yang selalu bisikkan namamu..

-pipiholic-

Dampak Browsing Bagi Generasi Muda - Must Read

01:05:00

Internet ternyata tak hanya mengubah cara manusia hidup, namun juga bisa mengubah cara kerja otak. Teori baru ini dikemukakan oleh seorang ilmuwan ahli syaraf yang berpendapat bahwa perubahan revolusioner di bidang teknologi berkemungkinan menempatkan kecerdasan teknologi di atas kecerdasan manusia.

Dalam penelitian yang digodok serius oleh seorang ilmuwan spesialis syaraf dari UCLA California bernama Gary Small, menemukan bahwa pencarian lewat internet dan pesan teks bisa membuat otak menjadi mahir dalam menyaring informasi dan membuat keputusan dalam waktu singkat. Namun, penelitian yang yang memang memfokuskan pada fungsi otak ini, juga menemukan beberapa kekurangan seperti dapat menimbulkan kecanduan pada internet yang notabene persahabatan di dalamnya adalah virtual alias tidak nyata dan bisa meningkatkan penyakit tak peduli pada kedaan sekitar atau dalam istilah ilmiahnya disebut Attention Deficit Disorder, di samping beberapa kelebihan yang telah berhasil diungkap seperti mampu mempercepat proses pembelajaran dan meningkatkan kreativitas. Dengan penemuan seperti ini, Small berani mengklaim bahwa generasi berpotensi di waktu mendatang merupakan campuran dari seseorang yang memiliki keahlian teknologis dan sosial, walaupun masih dalam persentase kecil.


“Saya melihat ada perubahan evolusioner di sini. Generasi penerus di waktu mendatang merupakan generasi yang mumpuni dalam keahlian teknologis serta keahlian bersosialisasi,” papar Small seperti diberitakan Reuters, Rabu (29/10/2008).

“Generasi masa depan tersebut nantinya akan memilih berbicara secara langsung ketika mendapatkan surat elektronik atau pesan instan ketimbang hanya duduk diam dan membalas surat elektronik itu lewat cara biasa,” tambah Small lagi.

Keberanian direktur dari Memory & Aging Research Centre ini untuk mengungkap teori baru tentang otak, berdasar dari keyakinannya bahwa otak merupakan organ hidup yang paling sensitif dalam menghadapi perubahan di lingkungan sekitar seperti yang sudah terjadi akibat perkembangan pesat teknologi. Small berujar bahwa di dalam 24 orang dewasa yang berpartisipasi dalam penelitiannya, ditemukan adanya aktivitas berlipat ganda di sebuah area tertentu di otak yang bisa mengontrol pemutusan sebuah keputusan dan kemampuan membuat alasan yang kompleks.

“Bila otak dijejali dengan tugas mental yang sama berulang kali maka bisa memperkuat jaringan neural tertentu sehingga mengakibatkan otak mengabaikan tugasnya yang lain,” terang Small.

Generasi yang terbentuk dari kecerdasan teknologi seperti ini, atau diistilahkan ‘digital natives’ oleh Small, dirasa bisa menimbulkan masalah karena otak mereka akan selalu memindai informasi baru yang berpotensi menciptakan stress bahkan kerusakan otak. Oleh sebab itu Small melalui penelitiannya ingin menggugah generasi muda masa kini yang pada umumnya menghabiskan sembilan jam di depan komputer, untuk mulai kembali ke kehidupan sosial sehingga bisa mencegah menipisnya kepedulian antarsesama.

“Sekaranng kita sudah mengahadapi situasi dimana orang-orang makin kehilangan kemampuan untuk melakukan kontak sosial dengan sesama serta tak mampu lagi untuk membaca emosi maupun bahasa tubuh orang-orang di sekitarnya. Oleh sebab itulah kita harus mulai mengurangi kontak dengan berbagai teknologi dan mulai kembali ke berbagai aktivitas manusiawi, seperti makan malam bersama keluarga. Semua itu perlu dilakukan kembali agar tercapai keseimbangan dalam hidup dan teknologi tidak mengambil alih cara manusia hidup dan berpikir,’ jelas Small.

sumber : http://techno.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/10/29/56/158701/terlalu-banyak-surfing-bisa-ubah-kerja-otak

Followers

picture of a dreamer

picture of a dreamer
Freena Pipiholic

Lets Follow by

Follow pipiholic on Twitter