Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.
Belajar memberikan yang terbaik untuk cinta,
meski perih sakit dan menghabiskan sisa asa,
Belajar untuk membuka hati seluas langit
seindah malam dan setulus bintang,
sangat bodoh menjadi orang yang sombong
yang hanya berada dalam pembenaran tanpa logika,
maka aq disini untuk cinta,
mencoba untuk tidak sombong dan tetap miliki cinta

Detoksifikasi Batiniah

13:14:00

DETOKSIFIKASI 
 
Kadang-kadang, dalam satu hari, meski tidak kita kehendaki, diri kita banyak terpapar racun. Kalau racun itu berupa hal fisik, seperti logam berat, polusi, zat-zat alergen, dan semacamnya, tentu relatif mudah membuang segala racun itu. Berolahraga secukupnya, meminum air sesuai kebutuhan, bernafas dalam secara teratur, makan buah dan sayur, makan makanan dengan gizi seimbang secara pelahan, dan istirahat atau tidur yang cukup.
Hanya saja, racun juga dapat berupa emosi yang tidak terkontrol. Entah berasal dari interaksi dengan orang lain atau situasi tertentu, tetapi juga mungkin bersumber dari interaksi antara bagian diri kita dengan bagian yang lain. Misalnya, peperangan antara nilai-nilai yang kita yakini dengan impuls dan hasrat. Atau antara pikiran dan perasaan. Bisa juga antara citra diri dengan diri aktual kita. Dan sering pula racun ini berasal dari kemunafikan diri sendiri; pelanggaran komitmen dan kepercayaan. Mengkhianati atau membohongi diri sendiri juga bisa menyemburkan banyak racun ke dalam jiwa dan tubuh kita.
Ketika Anda stress, tubuh melepas beberapa jenis hormon, seperti kortisol, adrenalin, dan norepinephrine. Hormon stres yang berlebihan menyebabkan beragam penyakit, seperti naiknya trigliserida dan kadar gula di dalam darah, menimbulkan plak di pembuluh darah yang bisa mempengaruhi kondisi jantung, mempengaruhi kerja tiroid, dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Tidak heran, baru dua hari kegemparan di media sosial tentang terorisme sudah membuat beberapa kawan merasa letih, lesu, bahkan ada yang sakit.
Karena itu, kita perlu mengeluarkan segala racun itu dari dalam tubuh dan terutama dari jiwa. Karena jika jiwa bersih dan bening, maka tubuh pun akan menjadi lebih sehat dan bugar. Bagaimana caranya?
Cara yang termudah, tercepat dan termurah adalah berdoa. Menyerahkan segala ketakutan, kekhawatiran, dan beban jiwani kepada Tuhan. Bahkan ketika Anda merasa tidak mampu, dengan berdoa maka Anda percaya bahwa Tuhan yang mampu, IA lebih besar daripada segala masalah Anda. Penyerahan diri kepada Tuhan terbukti sangat mempengaruhi kesehatan jiwa dan tubuh. Berdoa itu seperti masuk surga saat ini juga.
Cara cepat lain masuk "surga" yang dapat mendetoks racun adalah bersikap bersyukur. Bukan hanya bersyukur atas semua berkat yang selama ini sudah ada di dalam diri Anda, tetapi juga bersyukur atas kesempatan untuk mendapatkan hikmat dari pengalaman hidup Anda; termasuk pengalaman yang pada awalnya tampak buruk.
Jadi, piknik ke "surga" itu memang tidak harus pergi ke puncak gunung, berada di tepi sawah yang menghijau, atau berada di pinggir pantai. Tetapi jika dengan perjalanan wisata itu Anda mampu merasa lebih dekat dan berduaan dengan Tuhan, ya itu sangat okay saja.
Kalau pun Anda belum sempat berwisata ke tempat-tempat yang jauh, setiap hari Anda juga bisa piknik ke "surga" lewat doa tadi, atau merenung sendiri di rumah, atau membaca buku-buku bermutu, berkebun, memasak, menggambar, melukis, mendisain, menyusun puzzle, mengisi TTS dan sudoku, menjahit, membuat kerajinan tangan, keramik dan karya seni lain, juga bermain musik. Tentu saja, detoks jiwani (dan sekaligus jasmaniah) juga bisa berupa bercakap dari hati ke hati dengan sahabat, pasangan, atau bercengkerama dengan anak-anak. Berhubungan seks dengan istri/suami sendiri juga akan merileksasi jiwa dan raga Anda. Minum kopi, atau coklat atau es krim, apalagi bersama-sama dengan kawan-kawan, bukan hanya merupakan piknik emosional, tetapi juga sekaligus petualangan relationship yang memperkaya roh Anda. Buat beberapa orang, seperti saya, menulis seperti sekarang ini juga bentuk piknik rohani yang sangat menenangkan dan mendamaikan.
Jadi, tiap kali merasakan ada racun di dalam tubuh dan jiwa, jangan menunggu lama. Jangan menumpuknya terlebih dahulu, karena nanti jiwa dan raga Anda berubah menjadi tempat pembuangan akhir sampah. Segeralah dan sering-seringlah melakukan detoks, piknik atau wisata emosional dan rohani.
Selamat pagi. Selamat hari Jumat. Tuhan memberkati Anda sekeluarga dengan damai sejahteraNya.
Artikel Asli milik Dono Baswardono
  
#Blessings #Grateful #Hopeful #MentalHealth #SelfHealth #Stress #Destressing

Dan Saya Kembali Gagal Paham

20:50:00

Tercengang itu..
Ketika saya melihat ada yang berkata bahwa dia bangga dengan sikap dan sifatnya yg sinis dan sadis. Kemudian membela diri dengan mengatasnamakan kejujuran sikap, nda memakai topeng, dan apa adanya. Plus berbalik mengatakan jika mereka2 yg menjaga sifat menjaga kata2 adalah yg tidak jujur dengan apa yang dirasakannya. Wow, kemana manner..??? kemana attitude..??? kemana pendidikan tinggi nya..??? dimana levelnya..??? apakah benar dia sudah yang pualing benar dan pualing tinggi diatas semuanya..??? eh tapi kok cara bertutur kok kuasar dan cenderung menyakiti hati org lain..??? Kemudian mengatakan orang yang tersakiti itu yg cemen bin baperan. Tidak bisakah perbedaan itu diungkapkan dengan damai dan mesra, sehingga lingkungan yg tercipta jd indah dan penuh cinta..??? Hahhaha mimpi..





Mulutmu harimaumu, tp jaman skrg, ketikanmu jadi macanmu..
Dengan tetap bersahaja itu sendiri sudah lebih dr cukup, alih2 menjadikan tulisan2 untuk menunjukkan betapa rendahnya cara bertutur.. Semooogaaaa aq bisa lebih baik lagi bertutur, meski nda berpendidikan tinggi..

Apakah sudah merupakan fenomena masa kini yang katanya kekinian itu..???
Logikanya medsos adalah seperti qt nyerocoz di lingkungan ramai, yah bisa jadi seramai di mall atau supermarket gitu.. atau pasar..??? nah tau tau ngomong sekena2nya aja dengan pilihan kalimat yg seperti preman.. diliad banyak orang loh.. coba gimana..???
Jaman sekarang memprovokasi orang jauh lebih mudah, hanya dengan sedikit memikirkan kata2, memberikan gambar hasil searchingan jadilah sudah. Dan ribuuuan org akan nge share dengan komentarnya masing2. Berlaku juga untuk penulisan2 status yang rawan bully.
Owalah..

Nulis ini bukan untuk melawan atau konfront, makanya sengaja di blog, biar nda memancing mereka2 yg memiliki sumbu pendek, mudah terprovokasi dan tersinggung. Ibaratnya blog itu lahan pribadi, jauh lebih pribadi dr pada facebook yang akan terbaca oleh semua yg ada dalam kontak.

Nonton nyusfid fb itu buat q jadi ky ntn sinetron, banyak lakon, ada protagonis antagonis, hehehee.. aq peran pembantu aja, yg cuma semliwer dikit2.. 

Gagal paham berikutnya adalah jika melihat orang2 yang lupaan. Lupa jika dirinya sendiri berlaku seperti yg telah dia tudingkan ke org lain. Ketika membicarakan tentang orisinalitas, org yg sudah tau tentu akan kembali mengingat, seperti apa karya2nya, yg belum tau tentu akan kepo dan melihat2. nah, jika setelah itu kemudian malah menemukan ke identikan karya dengan karya org luar negri yg fotonya bertebaran di pinterest..???
Lupaaa juga kalo sebelumnya ndapernah nyantumin terinspirasi sm siapa, tp nulisnya selalu seolah dia selalu nulis. jadi jungkir balik antara fakta dan fiktif.
Owaalaaaaah..


 

Dua Orang Baik - Tp mengapa perkawinan tidak bahagia..???

12:51:00

"Dua orang baik tapi mengapa perkawinan tidak berakhir bahagia?
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik....., pagi hari ayah hanya bisa makan bubur.
Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi....., dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci. Setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikitpun.
Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi rumah orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.
Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, Ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, saya tidak pernah memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istirahat anak-anak....., Ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran.
Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seorang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, Ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman. Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.
Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri, "Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?"
PENGORBANAN YANG DIANGGAP BENAR
Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan-lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.
Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia..... Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata, "Istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!" Dengan mimik tidak senang saya berkata, "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum dipel?"
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.
YANG KAMU INGINKAN?
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya..... Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya.
Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, Ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, ibu jarang menemani ayah, ibu sibuk mengurus rumah, Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, "Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia."
KESADARAN MEMBUAT SAYA MEMBUAT KEPUTUSAN (PILIHAN) YANG SAMA
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku, "Apa yang kau butuhkan?"
"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku!", ujar suamiku.
Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakaianmu.... dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.
"Semua itu tidak penting-lah!", ujar suamiku.
"Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara yang diinginkan pasangan kita.
JALAN KEBAHAGIAAN
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku. Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.
Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota. Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.
Bertanya pada pasangan kita, "Apa yang kau inginkan?", kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, MEREKA TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGAN KITA.
Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun....., pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan oleh pasangan kita! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri.....
Perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.....
By: Reza Widyaprastha"

Terusik [Part 1]

02:42:00

Sungguh q merasa malu jika membaca rintihan2 kisah cinta q di masa lalu. Sebegitunya kah..? Sisi gelap kah..? Seperti melihat sosok yg lain. Seperti sosok yg nda q kenal. Dengan kata2 yg demikian indah namun menyiratkn kepedihan yg sedemikian. Lengkap tertulis kepedihn2 dr kisah bbrp nama. Tapi, ya..!! memang aq semua yg menulisnya. Meski mungkin q msh merasa malu tp q enggan menghapusnya. Karena kisah itu adalah sejarah yg menyampaikan q di titik yg ini. Sejarah sebagai media untuk berkaca dan terus membenahi diri.
Semua tulisan2 itu berhenti di tahun 2013 sejak q mulai mengenal Mas.
Meski masih bermula dr dunia maya dan juga LDR spt sblm2 nya, kisah q pun tetap nda mudah, bahkan jauh lbh drama dr kisah2 sblmnya, namun nyaris nda ada postingan atau tulisan apapun ttg masa2 bersamanya di blog ini. Sejauh q ingat hanya nyampah sedikit2 melalui facebook dan deretan status BBM. Yupz, q sebut sedikit krn memang hanya sebaris dua baris aja.
Kenapakah..?
Bisa jd krn q memang sedang terfokus pada kegiatan Pipiholic Art.
Mendadak terlintas bahwa perubahan itu sehubungan dengan "hijrah" yg q lakukan. Krn q sudah di mojokerto dan nda lg "sendirian". Dimana sudah bisa curhat sm ibuk dan mulai banyak teman dan kegiatan. Waktu untuk berbicara dengan diri sendiri berkurang banyak.
Jadi, bukan karena aq jd nda suka menulis lg. Tp lbh pada menjadi sosok yg sudah cukup sibuk dan nda sempat menuliskannya. Juga menjadi seorang yg sudah mulai berfikir positif dan mampu me manage pengaruh2 negatif.
Alhamdulillah..
Kepada seorang yg dulu pernah mengatakn tentang hijrah. Terima Kasih.

Terusik

02:00:00

Ketika yg terlintas itu nda langsung tertuang, maka terlupakan.. Pun jika yg tertulis nda tersalin, maka kemudian terabaikn.. Meski ingin sekali q tuangkn desir2 cinta itu lagi, ingin q catatkan ritme2 indah dentingan rasa yg ada.. Semua berakhir sama.. Menguap begitu saja...

Followers

picture of a dreamer

picture of a dreamer
Freena Pipiholic

Lets Follow by

Follow pipiholic on Twitter