Bagaikan Siang Dan Malam
10:26:00
Saya mencintai istri saya. Saya bahagia dapat menikah. Walaupun begitu, kadang-kadang Tami membuat saya gila. Kami telah menikah lebih dari 23 tahun, dan saya masih saja heran betapa banyaknya hal yang tidak saya pahami tentang hubungan ini.
Kata-kata dan tindakan-tindakannya kerap kali membuat saya heran. Tidak masuk akal. Dan juga acapkali kata-kata dan tindakan-tindakan saya juga tidak masuk akal baginya.
Meskipun demikian, hal yang menakjubkan adalah Tami mengatakan kepada saya bahwa hubungan kami menjadi lebih baik setiap tahun. Tentu saja selama tahun pertama yang sulit itu, tak ada pilihan lain selain memperbaiki. Kalau tidak demikian, kami mungkin tidak bisa mempertahankan pernikahan sampai hari ini. Saya seorang psikolog dan mengira bahwa secara alamiah, saya tahu seluruh seluk-beluk tentang relasi. Ketika kami menikah, saya mengira semuanya akan sempurna. Lagipula, kami telah mengenal satu sama lain cukup lama. Kami telah bersenang-senang bersama, kami berdua adalah orang yag menyenangkan, dan yang paling penting kami saling mencintai. Bukankah itu resep untuk pasangan yang ditetapkan di surga? Ternyata bukan!
Karena pada kenyataannya, secara universal, pria dan wanita begitu berbeda, sehingga kita kerap kali membuat pasangan kita masing-masing menjadi frustrasi dan merasa bingung. Kita tidak melakukannya dengan sengaja; kita melakukannya begitu saja. Lebih dari 25 tahun terlewati, setelah saya menangani ribuan pasangan, saya menyadari bahwa sebagian besar masalah pernikahan antara seorang pria dan wanita adalah:
* melihat secara berbeda
* mendengar secara berbeda
* berpikir secara berbeda
* merasa secara berbeda
* berkomunikasi secara berbeda
* menghubungkan kehidupan secara berbeda.
* mendengar secara berbeda
* berpikir secara berbeda
* merasa secara berbeda
* berkomunikasi secara berbeda
* menghubungkan kehidupan secara berbeda.
Pria dan wanita berbeda seperti siang dan malam. Kedua gender ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan. Bukan karena yang satu benar dan yang lain salah. Tetapi di dalam hati, kita sering percaya bahwa memang begitulah adanya. Tami pernah bertanya kepada saya mengapa saya begitu ngotot ketika kami bertengkar. Dengan penuh percaya diri saya menekankan bahwa saya hanya menggunakan alasan-alasan yang kuat ketika saya tahu bahwa saya memang benar.
Namun pada kenyataannya, saya telah jatuh pada jebakan seperti yang dialami setiap pria, dan selama bertahun-tahun Tami berulang kali ‘menyelamatkan’ saya dengan membuktikan bahwa saya salah. Maka, sebenarnya berulang kali saya telah belajar bertengkar dengan tidak terlalu ngotot, mengurangi emosi sesaat, dan rendah hati.
Dalam drama musikal My Fair Lady, professor Higgins berbicara kepada miliaran pria, “Kenapa seorang wanita tidak dapat seperti seorang pria?” Dengan mengubah posisi dua kata saja kita dapat membentuk pertanyan seperti yang telah dilontarkan banyak wanita, “Mengapa seorang pria tidak dapat seperti seorang wanita?” Walaupun semua orang akan mengalami kebingungan yang ditimbulkan karena perbedaan gender ini, namun Allah dalam kebijaksanaan-Nya yang tidak terbatas menciptakan kita secara berbeda.
Pasal pertama dari kitab pertama pada Alkitab berisi tentang firman yang berbunyi: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menuut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:27). Dalam banyak hal, ketika sedang berinteraksi dengan pasangannya, seorang pria akan berpikir sebagaimana halnya seorang pria berpikir dan seorang wanita akan bertindak sebagaimana seorang wanita bertindak, dan seringkali kedua hal ini bertolak belakang.
Pria dan wanita tumbuh dalam dunia yang berbeda dan berbicara dalam bahasa yang berbeda. Mirip dengankesulitan seseorang yang hidup di Norwegia, berbicara bahasa Norwegia, mencoba berkomunikasi dengan seseorang yang hidup di Mesir, berbicara bahasa Arab. Arti, maksud, pengertian – sangat mungkin salah dalam penerjemahan. Pria dan wanita, karena sifat dasar dan pelatihan mereka, mulai hidup bersama dengan ketidakcocokan yang telah terbentuk. Masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda, kebutuhan emosi yang berbeda, kondisi lingkungan yang berbeda, dan cara-cara melihat dunia yang berbeda. Penting untuk mengingat kenyataan-kenyataan hidup ini.
Para pasangan yang pernikahannya bermasalah, terus-menerus mengeluh dan mencoba mengubah pasangannya masing-masing. Para pasangan yang memiliki kehidupan pernikahan yang sangat baik belajar bagaimana memahami dan peka terhadap perbedaan.
Maka, jangan bertengkar tentang perbedaan. Kelola perbedaan yang ada. Dengan cara ini, kuatkanlah pasangan Anda masing-masing, maka Anda akan menghindari banyak konflik dan rasa frustrasi yang tidak perlu. Kemudian, Anda dapat menghargai pasangan Anda – tertawa, santai, bersenang-senang, bekerja sama. Pernikahan Anda pun akan menjadi seperti yang Anda inginkan. Pernikahan tidak akan pernah sempurna, tetapi penuh dengan harapan, dan pernikahan dapat menjadi lebih baik sejalan dengan waktu dan tahun yang berlalu. Saya tahu apa yang saya bicarakan karena itulah yang terjadi dalam pernikahan saya.
Perbedaan-perbedaan gender memang dapat membuat suami maupun istri menjadi gila. Tetapi sangat mungkin untuk menjadikan perbedaan-perbedaan ini menjadi kekuatan di dalam pernikahan Anda.
Sumber : DR. Steve Stephens – Lost In Translation
0 comments:
Post a Comment
silahkan meninggalkan jejak anda...